Kamis, 10 Januari 2013

Konsep Dasar Manajemen Resiko

 


A.    PENGERTIAN MANAJEMEN RESIKO
Manajemen resiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap, yang dipunyai organisasi, untuk mengelola, memonitor dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap resiko. (SBC Warburg, The Practice of Risk Management, Euromoney Book, 2004).


B.     TIPE-TIPE RESIKO
Resiko dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
  1. Resiko murni (pure risks) adalah resiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh : kecelakaan, kebakaran, kebanjiran dsb.
  2. Resiko spekulatif adalah resiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh: usaha bisnis, membeli saham.

Disamping kategori murni dan spekulatif, resiko juga bisa dibedakan antara resiko yang dinamis dan statis. Resiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Contoh: resiko terkena petir merupakan resiko yang muncul dari kondisi alam yang tertentu. Karakteristik resiko ini praktis tidak berubah dari waktu kewaktu. Resiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Contoh: perubahan kondisi masyarakat semakin kritis, sadar akan haknya, maka resiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat lebih berani mengajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan akan semakin besar.

Resiko bisa bersifat subyektif dan obyektif. Resiko subyektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap resiko. Dengan kata lain, kondisi mental seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi rendahnya resiko tertentu. Contoh: untuk standar deviasi return pasar yang sama sebesar 25%, dua orang dengan kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda. Orang yang konservatif akan menganggap resiko investasi di pasar modal terlalu tinggi. Sementara bagi orang agresif, resiko investasi di pasar modal dianggap tidak terlalu tinggi. Resiko obyektif adalah resiko yang didasarkan pada observasi parameter yang obyektif. Contoh: fluktuasi harga atau tingkat keuntungan invetasi di pasar modal bisa diukur melalui standar deviasi, misal standar deviasireturn saham adalah 25% pertahun.

Contoh – contoh resiko murni
TIPE RESIKO
DEFINISI
ILUSTRASI
Resiko aset fisik
Resiko yang terjadi karena kejadian tertentu berakibat buruk (kerugian) pada aset fisik organisasi.
Kebakaran yang melanda gudang atau bangunan perusahaan. Banjir mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan peralatan
Resiko karyawan
Resiko karena karyawan organisasi mengalami peristiwa yang merugikan.
Kecelakaan kerja mengakibatkan karyawan cedera, kegiatan operasional perusahaan terganggu.
Resiko legal
Resiko kontrak tidak sesuai yang diharapkan, dokumentasi yang tidak benar.
Terjadi perselisihanm sehingga perusahaan lain menuntut ganti rugi yang signifikan.

Contoh – contoh resiko spekulatif
TIPE RESIKO
DEFINISI
ILUSTRASI
Resiko pasar
Resiko yang terjadi dari pergerakan harga atau volatilitas harga pasar.
Harga pasar saham dalam portofolio perusahaan mengalami penurunan, yang mengakibatkan kerugian yang dialami perusahaan.
Resiko kredit
Resiko karena counter partygagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan.
Debitur tidak bisa membayar cicilan dan bunga hutang, sehingga perusahaan mengalami kerugian. Piutang dagang tidak terbayar.
Resiko likuiditas
Resiko tidak bisa memenuhi kebutuhan kas, resiko tidak bisa menjual dengan cepat karena ketidaklikuidan atau gangguan pasar.
Perusahaan tidak mempunyai kas untuk membayar kewajibannya (misal melunasi hutang). Perusahaan terpaksa menjual tanah dengan harga murah (dibawah standar) karena sulit menjual tanah tersebut (tidak likuid) padahal perusahaan membutuhkan kas dengan cepat.
Resiko operasional
Resiko kegiatan operasional tidak berjalan lancar dan mengakibatkan kerugian, kegagalan sistem, human error, pengendalian dan prosedur yang kurang.
Komputer perusahaan terkena virus sehingga operasi perusahaan terganggu. Prosedur pengendalian perusahaan tidak memadai sehingga terjadi pencurian barang-barang yang dimiliki perusahaan.


C.    PROSES MANAJEMEN RESIKO
            Fungsi manajemen sering diterjemahkan ke dalam tiga langkah: perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Mengikuti kebiasaan tersebut proses manajemen resiko dapat dibagi menjadi beberapa tahap antara lain:
  1. Perencanaan
Perencanaan manajemen resiko bisa dimulai dengan menetapkan visi, misi dan tujuan yang berkaitan dengan manajemen resiko. Kemudian perencanaan manajemen resiko bisa diteruskan dengan penetapan target, kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen resiko. Akan lebih baik lagi jika visi, misi, kebijakan dan prosedur tersebut dituangkan secara tertulis. Dokumen tertulis semacam itu memudahkan pengarahan, sekaligus menegaskan dukungan manajemen terhadap program manajemen resiko.
Contoh misi atau kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen resiko dari beberapa perusahaan/organisasi:
PERYATAAN MISI MANAJEMEN RISIKO GOLDMAN SACH:
Misi dari departemen risiko adalah mengumpulkan, menganalisis, memonitor, dan mendistribusikan informasi yang berkaitan dengan resiko pasar dari posisi perusahaan supaya traders, manajer dan prsonel lain dalam organisasi dan terutama komite risiko memahami dan membuat keputusan berdasarkan informasi (informed decision) mengenai manajemen dan pengendalian risiko yang diambil.
(Goldman Sach adalah perusahaan sekuritas Amerika Serikat)
PERYATAAN MISI SWISS BANK CORPORATION:
Pengendalian risiko Swiss Bank memfokuskan pada perlindungan terhadap modal dan memungkinkan pengambilan resiko yang sesuai. Kepentingan investor Swiss Bank adalah hal yang utama. Modal yang mereka investasikan harus dikompensasi untuk risiko yang ditanggung, baik untuk transaksi individual maupun portofolio.
Setelah misi dan kebijakan serta prosedur yang umum ditetapkan, langkah berikutnya adalah menyususn kebijakan serta prosedur yang lebih spesifik.
  1. Pelaksanaan
Pelaksanaan manajemen resiko meliputi aktivitas operasional yang berkaitan dengan manajemen resiko. Proses identifikasi dan pengukuran resiko kemudian diteruskan dengan manajemen (pengelolaan) resiko yang merupakan aktivitas operasional yang utama dari manajemen resiko.
a.      Identifikasi resiko
Identifikasi resiko dilakukan untuk mengidentifikasi resiko-resiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Teknik untuk mengidentifikasi resiko, misal dengan menelusuri sumber resiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Sebagai contoh: kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak tanah. Api merupakan sumber resiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan kondisi yang meningkatkan terjadinya kecelakaan, bangunan yang bisa terbakar merupakan eksposur yang dihadapi perusahaan.
b.      Evaluasi dan Pengukuran Resiko
Tujuan evaluasi resiko adalah untuk memahami karakteristik resiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka resiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk mengukur resiko tersebut. Sebagai contoh: kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) resiko atau suatu kejadian jelek terjadi. Dengan probabilitas tersebut kita berusaha mengukur resiko. Misal : ada resiko perusahaan terkena jatuhan meteor atau komet, tetapi probabilitas resiko semacam ini sangat kecil (0,000000001). Karena itu resiko tersebut tidak perlu diperhatikan. Contoh lain: resiko kebakaran dengan probabilitas (misal) 0.6. karena probabilitas yang tinggi maka resiko kebakaran perlu diberi perhatian ekstra.
c.       Pengelolaan Resiko
Resiko harus dikelola, jika tidak maka konsekuensinya bisa culup serius misal kerugian yang culup besar. Resiko bisa dikelola dengan berbagai cara antara lain:
1)      Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola resiko adalah menghindar. Tetapi cara semacam ini barangkali tidak optimal. Sebagai contoh: jika kita ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi resiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola resiko tersebut.
2)      Ditahan (Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri resiko tersebut (menahan resiko tersebut atau risk retention). Contoh: misalkan seseorang akan keluar rumah membeli sesuatu dari supermarket terdekat, dengan menggunakan kendaraaan. Kendaraan tersebut tidak diasuransikan. Orang tersebut merasa asuransi terlalu repot, mahal, sementara dia akan mengendarai kendaraan tersebut dengan hati-hati. Dalam contoh tersebut, orang tersebut memutuskan untuk menanggung sendiri (menahan, retention) resiko kecelakaan.
3)      Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh: kita barangkali akan memegang aset tidak hanya satu, tetapi ada beberapa aset. Misal saham A, saham B, saham C, properti, dsb. Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh keuntungan dati aset lainnya.
4)      Transfer Resiko
Jika kita tidak ingin menanggung resiko tertentu, kita bisa mentransfer resiko tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi resiko tersebut. Sebagai contoh: kita bisa membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.
5)      Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya resiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Contoh: untuk mencegah terjadinya kebakaran, kita memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm tersebut merupakan salah satu cara kita mengendalikan resiko kebakaran.
6)      Pendanaan Resiko
Pendanaan resiko mempunyai arti bagaimana mendanai kerugian yang terjadi jika suatu resiko muncul. Contoh: jika terjadi kebakaran bagaimana menanggung kerugian akibat kendaraan tesebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan? Isu semacam itu masuk dalam wilayah pendanaan resiko.
  1. Pengendalian
Tahap berikutnya dari proses manajemen resiko adalah pengendalian yang meliputi  evaluasi secara periodik pelaksanaan manajemen resiko, output  pelaporan yang dihasilkan oleh manajemen resiko dan umpan balik (feedback). Formamt pelaporan manajemen resiko bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya dan dari satu kegiatan kegiatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mamduh M. Hanafi. 2006. Manajemen Risiko.  UPP STIM YKPN: Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar